Jumat, 06 Agustus 2010

KHOUF :(

TAKUT (KHOUF) PADA ALLAH TA’ALAA
Perasaaan takut adalah sebuah hal yang manusiawi, tapi bagaimana mengelola rasa takut menjadi lebih bertanggungjawab dan produktif? Keberanian sangat diperlukan dalam hidup ini untuk memudahkan tercapainya maksud dan tujuan yang ingin kita capai. Seorang ulama tunanetra ketika disuguhi hidangan ayam panggang berujar, "Seandainya kamu seekor elang tidaklah mungkin diperlakukan orang seperti ini". Artinya kalau seseorang memiliki keberanian, tidaklah mudah diperlakukan seenaknya oleh orang yang ingin berbuat dan bertindak terhadap dirinya.
Inilah sebagian manfaat keberanian itu. Namun disisi lain rasa takut (khouf) juga diperlukan. Tentu rasa takut bukan dalam konotasi pengecut, tetapi dalam pengertian takut melakukan pelanggaran terhadap norma-norma dan penggarisan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT.
Sebagai contoh dapat kita kemukakan perjalanan kepemimpinan Umar Ibnu Khottab. Dia terkenal seorang yang sangat pemberani. Semasa belum Islam oleh orang Arab dikenal dengan sebutan "Si kidal yang pemberani". Selalu siap menantang jago-jago yang datang untuk bertarung di Pasar Ukasy dan selalu menang. Namun setelah Islam, apalagi setelah menjadi Khalifah dia termasuk orang yang sangat penakut. Takut terhadap pertanggung jawaban kepemimpinannya di hari kemudian. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa buah dari rasa takut yang dimiliki Umar Ibnu Khottab ini dapat membuahkan hasil yang sulit dicari tandingannya sepanjang sejarah kepemimpinan dalam Islam. Rasa takut seperti ini dapat digolongkan sebagai rasa takut yang produktif. Bukan rasa takut yang mematikan.
Khouf adalah cambuk Alloh swt untuk menggiring hamba-hambaNya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan dengan Alloh swt. Khouf inilah yang mencegah diri dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan. Kekurangan khouf akan mengakibatkan kealpaan dan keberanian untuk berbuat dosa. Sebaliknya terlalu berlebihan dalam khouf akan menyebabkan putus asa-putus harapan.
Khouf kepada Alloh swt bisa lahir dari ma’rifah kepada Alloh swt dan ma’rifah kepada sifat-sifatNya. Khouf bisa juga lahir dari perasan banyaknya dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba. Juga terkadang khouf lahir dari keduanya.
Dalam Al Quran ada ayat yang mengatakan artinya orang mukmin itu dia tidak takut dan tidak berduka cita. Sedangkan dalam ayat lain ALLAH menyuruh kita untuk takut kepada ALLAH. Pada ayat lain lagi disebut, hanya dengan mengingat ALLAH-lah hati menjadi tenang.
Orang yang tidak kenal Allah, dia pemarah, emosi, sedih bukan karena cinta dan takut pada Allah, bukan karena akhirat, bukan karena dosa, tapi karena takut kehilangan dunia, misalnya karena takut sandal yang baru dibeli dicuri orang, takut uang habis (akhirnya menjadi kikir), karena takut ranking kelas turun, karena takut hilang pekerjaan (hingga tak yakin bahwa ALLAH Maha Pemberi Rizki), atau karena kawan marah. Kita takut, risau dan gelisah karena takut kehilangan dunia, takut kehilangan suami yang akan menikah lagi. Tetapi orang yang beriman, dia tidak gelisah, tidak susah hati karena orang marah kepada dia, atau karena dia tidak ada uang. Dia susah, gelisah, sedih, risau karena berkaitan dengan Allah, akhirat, kematian. Sebab itu di dalam Quran ada 2 bentuk takut: takut pada Tuhan dan takut pada dunia.
As-Sya’biy pernah diseru “Hai alim (orang yang berilmu)!”, beliau berkata,
“Sesungguhnya yang alim itu hanyalah yang takut kepada Alloh. Hal itu karena Alloh berfirman,”Hanya saja yang takut kepada Alloh di antara hamba-hambaNya adalah para ulama”. (QS : Fathir : 28)
Abul Qasim al-Hakim bertutur, “Siapa yang takut terhadap sesuatu ia akan lari darinya. Tetapi siapa yang takut kepada Alloh ia justru lari untuk mendekatinya.”
Fudlail bin ‘Iyadl berujar,”Jika kamu ditanya, ‘Apakah kamu takut kepada Alloh?’, maka diamlah, jangan menjawab! Sebab jika kamu jawab ‘ya’, kamu telah berdusta. Sedangkan jika kamu jawab ‘tidak’, maka kamu telah kafir!!!”
Khauf akan membakar syahwat yang diharamkan, sehingga kemaksiatan yang dulu disukai menjadi dibenci. Seperti madu, orang yang suka pun menjadi tidak suka jika tahu madu itu mengandung racun. Syahwat terbakar oleh khauf. Anggota badan pun jadi beradab. Dan hati pun diliputi rasa khusyu’ dan tenang, jauh dari kesombongan, iri, dan dengki. Bahkan ia mampu menguasai segala kegundahan dan tahu bahayanya. Maka ia tidak pernah pindah kepada selainNya. Tiada lagi keibukannya selain usaha mendekatkan diri , muhasabah, mujahadah, dan memperhitungkan setiap desah nafas dan waktunya.
Ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah, dan kalimat yang keluar dari dirinya. Keadaannya seperti dalam cengkeraman binatang buas. Ia tidak tahu apakah binatang itu lengah sehingga ia bisa melepaskan diri, atau sebaliknya ia justru menerkamnya maka hancurlah ia. Lahir dan batinnya disibukkan oleh sesuatu yang ia takutkan, tidak ada tempat bagi yang lain disana. Beginilah keadaan orang yang diliputi khauf.
Masih berhubungan dengan kepemimpinan Umar Ibnu Khottab. Sebagai manifestasi rasa tanggung jawab dalam memimpin dan rasa takutnya kepada Alah SWT hampir setiap malam dia ngeluyur ke tengah-tengah kampung, keluar masuk lorong untuk melakukan check on the spot untuk mengetahui langsung apa yang terjadi pada rakyatnya. Kalau-kalau ada yang kelaparan; ada yang sakit atau kena mausibah-musibah lain. Ketika berhenti sejenak disebuah rumah kecil milik seorang janda miskin dia mendengar sebuah dialog antara ibu dengan anak prempuanya. Sang ibu menyuruh anaknya mencampur susu yang akan dijual besok dengan air karena sedikit sekali hasil perahan yang diperoleh tadi siang. Menurut sang ibu kalau tidak dicmpur bakal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan untuk hari ini. Sang anak gadis tidak setuju dengan pendapat orang tuanya dengan alasan, Khalifah melarang keras kita berbuat demikian. Sang ibu megnemukakan alasan bahwa, " Kan Khalifah tidak juga mengetahui pebuatan kita ini". Sang anak dengan penuh keseriusan mencoba meyakinkan orang tuanya bahwa, "Khalifah Umar memang tidak mengetahui tapi Allah Yang Maha Kuasa pasti mengetahuinya. Saya minta dengan sangat jangan sampai ibu berbuat demikian".
Peristiwa itu terjadi menjelang subuh. Umar Ibnu Khattab menuju mesjid smbail menangis haru. Usai shalat Subuh anaknya yang bernama Ashim diperintahkan menyelidiki rumah orang tua miskin yang mempunyai seorang gadis itu. Setelah Ashim kembali menceritakan segala sesuatu tentang keluarga itu, Umar Ibnu Khottab memerintahkan anaknya yang memang sudah berkeinginan untuk nikah agar menikahi gadis miskin tapi suci itu. Mudah-mudahan dari hasil pernikahan itu, kata Umar Ibnu Khottab, lahir seorang pemimpin Arab.

Ternyata kemudian memang terbukti do'a dan harapan itu. Dari hasil penikahan itu lahirlah seorang perempuan yang bernama Laila yang akhirnya dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Umar bin Abdul Aziz yang kelak menjadi khalifah mewarisi kepemimpinan kakeknya, Umar Ibnu Khottab. Umar bin Abdul Aziz dikenal sangat berwibawa serta jujur dan adil didalam menjalankan mekanisme pemerintahannya. Digambarkan sebagai seorang yang dikepalanya terdapat akal bijak, didadanya terdapat hati pahlawan, dimulutnya terdapat lidah sastrawan. Kelak dia menguasai negeri-negeri Maroko, Aljazair, Tunisia, Tripoli, Mesir, Hijaz, Najed, Yaman, Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Iraq, Armenia, Afghanistan, Bukhar sampai Samarkand.
Kendati demikian, dia tetap tinggal di sebuah rumah kecil yang tidak lebih bagus dari rumah penduduk pada umumnya. Sehingga utusan-utusan negara-negara lain yang ingin menemuinya pusing mencari rumahnya, karena jauh diluar bayangannya kalau rumahnya sejelek itu.
Satu lagi cerita yang menggambarkan buah dari rasa takut melakukan perbuatan dosa. Seorang anak yang memungut buah delima yang ranum dari sungai. Setelah dimakan lalu timbul penyesalan. Dia sangat menyesal memakan buah itu tanpa izin kepada pemiliknya. Padahal buah-buahan yang gugur yang dialirkan oleh sungai lazimnya tidak ada lagi sangkut pautnya dengan yang punya. Namun karena anak ini seorang yang wara' , sangat takut melakukan dosa. Dia menelusuri sungai itu kearah hulu sampai dia menemukan sebuah kebun delima. Dicarinya pemilik kebun itu. Dengan sangat agar dia dapat dimaafkan karena telanjur memakan buah delima yang didapati terapung di sungai. Dalam hati pemilik kebun itu, ini tentu bukan anak sembarangan. Si pemilik kebun itu mengetes anak ini. "Tidak mungkin saya maafkan, kecuali kalau kau mau menikahi anak gadisku". "Tapi saya belum ingin nikah, Pak". Jawabnya. "Ya, terserah, tapi saya tidak memaafkanmu". "Baiklah Kalau begitu, saya siap menikahi anak Bapak". " Tapi perlu kamu ketehui" kata orang tua itu– "Bahwa anak gadis saya itu buta, bisu, tuli dan lumpuh".
Setelah berfikir sejenak, dalam hatinya secara manusiawi berkata, "Mau diapakan perempuan seperti itu. Tidak dapat diajak berkomunikasi". Tapi demi keselamatannya dari kungkungan dosa yang membahayakan kehidupannya kelak diakhirat dia terima ajakan itu. Diapun dinikahkan langsung oleh orang tua itu setelah memanggil saksi.
Setelah nikah dia sendiri disuruh mendatangi isrinya di kamar. Alangkah kagetnya, karena yang ditemui di kamar adalah seorang perempuan cantik. Mungkin perempuan itu penjaga gadis cacat itu, pikirnya. Dia kembali menemui mertuanya. "Tidak ada di kamar perempuan seperti yang Bapak maksud itu. Di kamar tidak ada orang yang buta, bisu, tuli dan lumpuh.

Sang mertua menjelaskan," Itulah yang Bapak maksud, nak!. Yang saya katakan buta karena tidak suka melihat yang jelek-jelek yang dapat mendatangkan dosa; yang Bapak maksudkan dengan bisu karena tidak suka ngomong yang mendatangkan dosa; yang saya maksudkan dengan tuli karena dia sangat tidak senang mendengar suara-suara yang mendatangkan dosa; yang saya maksud dengan lumpuh karena dia tidak suka kemana-mana, lagi-lagi kaarena takut terlibat dalam perbuatan dosa. Makanya ketika kamu datang melaporkan perbautanmu meminta dimaafkan atas perbuatanmu memakan buah delima yang hanyut di sungai, langsung saya tangkap kamu, karena orang baik-baiklah yang mau melakukan itu. Saya tidak ingin menikahkan anak saya dengan sembarang orang". Hasil pertemuan kedua orang "takut berbuat dosa" itu, lahirlah seorang ulama besar, yang kita kenal dengan Imam Syafi'i, yang mazhabnya paling banyak pengikutnya di seluruh dunia. Ulama yang sejak umur 7 tahun sudah menghafal Al-Qur'an 30 juz.
KEUTAMAAN KHAUF TERHADAP ALLAH TA’ALAA ;
1. Alloh swt menyediakan petunjuk, rahmat, ilmu, dan keridhoan bagi hamba yang
khauf kepadaNya.
Alloh berfirman, “petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Rabb mereka (QS. Al-A’raf : 156)
2. Allah ridho terhadap orang-orang yang takut kepadaNya.
“Alloh ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepadaNya. Demikian itu bagi siapa saja yang takut kepada RabbNya (QS. Al-Bayyinah:8)
3. Syarat iman seseorang.
“Alloh memerintahkan khauf, dan menjadikannya syarat iman. “Dan takutlah kalian kepadaKu, jika kalian benar-benar beriman.! (QS. Ali Imran: 175).
4. Karunia surga baginya.
Yahya bin Mu’adz berkata, “Jika seorang mukmin melakukan suatu kemaksiatan, ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan menghantarkannya ke surga; takut akan siksa dan harapan akan ampunan.”
KEDUDUKAN TAKUT DALAM AGAMA
Takut merupakan bentuk ibadah hati yg memiliki kedudukan agung dan mulia di dlm agama bahkan mencakup seluruh jenis ibadah. Takut adl salah satu dari rukun ibadah dan merupakan syarat iman. Ibnul Qayyim rahimahullah dlm kitab beliau Ighatsatul Lahfan berkata: “Termasuk dari tipu daya musuh Allah adl menakut-nakuti orang beriman dari bala tentara dan wali-wali mereka agar orang-orang beriman tidak memerangi mereka menyeru mereka kepada kemungkaran dan mencegah memberitahukan kepada kitamereka dari kebajikan. Allah subhanahu wa ta’ala bahwa yg demikian ini adl tipu daya setan dan merupakan ketakutan yg mereka tanamkan. Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang kita utk takut kepada setan tersebut sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Sesungguh mereka itu tdk lain adl setan dgn kawan-kawan yg menakut-nakuti kamu krn itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar beriman.”
Tatkala iman seorang hamba kuat mk akan hilang rasa takut terhadap wali-wali setan. Dan tatkala melemah iman akan menjadi kuat ketakutan tersebut. mk ayat ini menunjukkan bahwa keikhlasan utk memiliki rasa takut kepada Allah termasuk syarat iman.
Disamping memiliki kedudukan yg sangat tinggi di dlm agama ‘takut’ juga merupakan salah satu dari perintah-perintah Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana di dlm firman-Nya:
“Sesungguh mereka itu tdk lain adl setan dgn kawan-kawan yg menakut-nakuti krn itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yg beriman.”
“Maka janganlah kalian takut kepada manusia dan takutlah kalian kepada-Ku.” .
Dari kedua ayat di atas dan ayat-ayat yg lain maka sungguh sangat jelas bahwa takut itu termasuk dari ibadah bahkan ibadah yg paling mulia. Dan Allah tdk akan memerintahkan melainkan utk suatu kemuliaan.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dlm kitab beliau Fathul Majid mengatakan: “Takut berkedudukan tinggi dan mulia di dlm agama dan termasuk jenis ibadah yg banyak cakupan yg wajib hanya diberikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.”
TANDA-TANDA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALAA
1. Pada lisannya.
Seseorang yang takut kepada Allah mempunyai kekhawatiran atau ketakutan sekiranya lisannya mengucapkan perkataan yang mendatangkan murka Allah. Sehingga dia menjaganya dari perkataan dusta, ghibah (bergosip) dan perkataan yang berlebih-lebihan dan tidak bermanfaat. Bahkan selalu berusaha agar lisannya senantiasa basah dan sibuk dengan berdzikir kepada Allah, dengan bacaan Al Qur’an, dan mudzakarah ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Barangsiapa yang dapat menjaga (menjamin) untukku mulut dan kemaluannya, aku akan memberi jaminan kepadanya syurga”.(HR. Al Bukhari).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang tidak berguna”. (HR. At Tirmidzi).
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam”.(HR. Al Bukhari dan Muslim).
Begitulah, sesungguhnya seseorang itu akan memetik hasil ucapan lisannya, maka hendaklah seorang mukmin itu takut dan benar-benar menjaga lisannya.
2. Pada perutnya
Orang mukmin yang baik tidak akan memasuk kan makanan ke dalam perutnya kecuali dari yang halal, dan memakannya hanya terbatas pada kebutuhannya saja.
Firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian lain diantara kamu dengan jalan yang batil”.(Al Baqarah: 188).
Ibnu Abbas menjelaskan, memakan dengan cara batil ini ada dua jalan yaitu;
Pertama dengan cara zhalim seperti merampas, menipu, mencuri, dll. Kedua dengan jalan permainan seperti berjudi, taruhan dan lainnya.
Harta yang diperoleh dengan cara haram selamanya tidak akan menjadi baik dan suci sekalipun diinfaqkan di jalan Allah. Sufyan Ats-Tsauri menjelaskan: “Barangsiapa menginfaqkan harta haram (di jalan Allah) adalah seperti seseorang mencuci pakaiannya dengan air kencing, dan dosa itu tidak bisa dihapus kecuali dengan cara yang baik”.
Bahkan dijelaskan dalam riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, setiap jasad (daging) yang tumbuh dari harta haram maka neraka lebih pantas untuknya.
Jadi, itulah urgensi memperhatikan jalan mencari harta. Sudahkah kita takut kepada Allah dengan menjaga agar jangan sampai perut kita dimasuki harta yang diharamkan Allah ?
3. Pada tangannya
Orang mukmin yang takut kepada Allah akan menjaga tangannya agar jangan sampai dijulurkan kepada hal-hal yang diharamkan Allah seperti: (sengaja) menyentuh wanita yang bukan muhrim,berbuat zhalim, aniaya. Dan tidak bermain dengan alat-alat permainan syetan seperti alat perjudian.
Orang mukmin selalu menggunakan tangannya untuk melakukan ketaatan, seperti bershadaqah, menolong orang lain (dengan tangannya) karena dia takut di akhirat nanti tangannya akan berbicara di hadapan Allah tentang apa yang pernah dilakukan-nya, sedangkan anggota badannya yang lain menjadi saksi atasnya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala: Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”.(Yasin: 65).
Bahkan salah seorang ulama salaf berkata,”Sekiranya kulit saya ditempeli bara api yang panas,maka itu lebih aku sukai daripada saya harus menyentuh perempuan yang bukan muhrim”.
Itulah gambaran orang mukmin sejati yang takut kepada Allah di dalam menggunakan tangannya. Maka bagaimanakah dengan kita?
4. Pada penglihatannya
Penglihatan merupakan nikmat Allah Ta’ala yang amat besar, maka musuh Allah yaitu syetan tidak senang kalau nikmat ini digunakan sesuai kehendak-Nya. Orang yang takut kepada Allah selalu menjaga pandangannya dan merasa takut apabila memandang sesuatu yang diharamkan Allah, tidak memandang dunia dengan pandangan yang rakus namun me-mandangnya hanya untuk ibrah (pelajaran) semata.
Pandangan merupakan panah api yang dilepaskan oleh iblis dari busurnya, maka berbahagialah bagi siapa saja yang mampu menahannya.
Allah berfirman: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,”Hendaklah mereka menahan pandangan-nya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.(An Nur: 30).
Jika kita teliti banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela, seperti; perzinaan dan pemerkosaan, salah satu penyebabnya adalah ketidak mampuan seseorang menahan pandangannya. Sebab, sekali seseorang memandang, lebih dari sepuluh kali hati membayangkan. Maka, sudahkah kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan menahan pandangan kepada sesuatu yang diharamkanNya?
5. Pada pendengarannya
Ini perlu kita renungi bersama, sehingga seorang mukmin akan selalu menjaga pendengarannya untuk tidak mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah, seperti nyanyian yang mengundang birahi beserta irama musiknya, dll.
Firman Allah Ta’ala: Artinya: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai tanggung jawabnya”. (Al Israa’: 36).
Dan seorang mukmin akan menggunakan pendengarannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
6. Pada kakinya
Seseorang yang takut kepada Allah akan melangkahkan kakinya ke arah ketaatan, seperti mendatangi shalat jama’ah, majlis ta’lim dan majlis dzikir. Dan takut untuk melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat serta menyesal bila terlanjur melakukannya karena ingat bahwa di hari kiamat kelak kaki akan berbicara di hadapan Allah, ke mana saja kaki melangkah, sedang bumi yang dipijaknya akan menjadi saksi.
Firman Allah Ta’ala: Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (Yaasin: 12).
Asbabun nuzul ayat ini adalah : bahwa seorang dari Bani Salamah yang tinggal di pinggir Madinah (jauh dari masjid) merencanakan untuk pindah ke dekat masjid, maka turunlah ayat ini yang kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa bekas langkah (telapak) menuju masjid dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh.
Semua bekas langkah kaki akan dicatat oleh Allah ke mana dilangkahkan, dan tidak ada yang tertinggal karena bumi yang diinjaknya akan mengabarkan kepada Allah tentang apa, kapan, dan di mana seseorang melakukan suatu perbuatan. Jika baik maka baiklah balasannya, tetapi jika buruk maka buruk pula balasannya. Ini semua tidak lepas dari kaki yang dilangkahkan, maka ke manakah kaki kita banyak dilangkahkan ?
7. Pada hatinya
Seorang mukmin akan selalu menjaga hatinya dengan selalu berzikir dan istighfar supaya hatinya tetap bersih, dan menjaganya dari racun-racun hati.
Seorang mukmin akan takut jika dalam hatinya muncul sifat jahat seperti buruk sangka, permusuhan, kebencian, hasad dan lain sebagainya kepada mukmin yang lain. Karena itu semua telah dilarang Allah dan RasulNya dalam rangka menjaga kesucian hati. Hati adalah penentu, apabila ia baik maka akan baik seluruh anggota tubuh, tetapi apabila ia jelek maka akan jeleklah semuanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda“Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.(HR. Riwayat Al Bukhari dan Muslim).
Maka pernahkah kita merasa takut bila hati kita menjadi gelap?
Bahkan kita selalu merasa bahwa hati kita sama sekali tidak ada kejelekannya?
Naudzubillah.
MACAM-MACAM TAKUT
Para ulama telah membagi jenis takut menjadi beberapa bagian di antara mereka ada yg membagi lima, empat dan ada yg membagi menjadi tiga yaitu:
1. Takut ibadah yaitu takut yg diiringi dgn penghinaan diri pengagungan dan ketundukan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Takut syirik yaitu memberikan takut ibadah kepada selain Allah. Barang siapa yg memberikan kepada selain Allah mk dia telah melakukan kesyirikan yg besar seperti takut kepada orang mati takut kepada dukun-dukun takut kepada wali-wali yg dianggap bisa memberikan manfaat dan mudharat dsb. Perbuatan ini akan mengekalkan pelaku di dlm neraka mengeluarkan dari Islam dan menghalalkan darah dan hartanya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Janganlah kalian takut kepada manusia dan takutlah kalian kepada-Ku.”
3. Ketiga takut tabiat yaitu takut kepada hal-hal yg bisa membahayakan jiwa seseorang seperti takut kepada musuh binatang buas api dan sebagainya. Takutjenis ini dibolehkan selama tdk melampaui batas.
UJIAN MENUJU PEMERINTAHAN BERSIH
Semestinya kita menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan penuh rasa takut kepada Allah SWT, karena apa yang sekarang ini sedang terjadi tidak terlepas dari sumbangsih kita sebagai bagian dari bangsa ini. Lantas apakah kita telah kehilangan rasa takut kepada Rabb kita.
Negeri ini tengah memasuki era baru dalam pemerintahan. Untuk pertama kalinya rakyat memilih langsung pemerintahnya. Bukan lagi wakil rakyat yang tidak representatif; wakil rakyat yang banyak berbuat yang bertentangan dengan keinginan rakyat yang diwakilinya.
Kini orang yang terpilih akan diuji integritasnya. Apa yang akan dilakukan untuk Indonesia kita yang tengah terengah-engah dan sekarat ini. Apakah akan membiarkan tetap sekarat dengan tindihan utang sebanyak 135 milyar dollar : satu juta dua ratus lima belas trilyun rupiah, yang kalau dibebankan kepada 200 juta penduduk Indonesia berarti tiap orang menanggung enam milyar tujuh puluh lima juta rupiah? Atau akan berusaha keras melunasi utang-utang itu agar rakyat Indonesia "tidak sengsara dimalam hari dan tidak terhina di siang hari?" (Hadits). Disamping itu 40 juta orang penganggur mendesak untuk mendapatkan pekerjaan. Pemerintah baru di era baru ini akan diperhadapkan kepada satu kondisi dimana harus selalu self control untuk mengingat-ingat kembali "janji yang telah kuucapkan diahdapanmu wahai rakyat". Dan melakukan secara terus menerus correction for possible deviations. Karena budaya penyelewengan di negeri ini telah mengalir bersama darah bangsa ini.

Ibarat sebatang pohon akarnya telah terhunjam dalam ke petala bumi. Pertanyaan berikut, "Masih adakah rasa takut dalam jiwa kita. Kalau ada, apa yang kita takuti?.
Mahkamah pengadilan sejarah yang tidak mengenal ampun, kalau kita menyakiti hati rakyat, berjoged diatas penderitaannya? Itu sangat penting. Namun yang jauh lebih penting lagi kita takut terhadap pengadilan Qodhi Robbun Jalil –yang berujung dengan penyiksaan yang sangat pedih bila kita tergolong perusak, pendurhaka".
Bila seorang memiliki rasa takut didalam menjalankan mesin pemerintahan atau aktivitas apa saja; menegakkan supremasi hukum, terutama hukum Ilahi; membangun villa keadilan dan menata taman kesejahteraan, sehingga senyum rakyat yang sudah cukup lama tidak pernah nampak kembali tersungging, maka dapat dipastikan akan membuahkan hasil, yakni namanya akan tertulis dengan huruf timbul menggunakan tinta emas dalam lembaran sejarah yang akan dikenang sepanjang masa. Bukan nama yang busuk dan tercabik-cabik oleh torehan sejarah akibat sikap dan perbuatannya yang lupa daratan ketika berkuasa padahal belum jauh dari pantai. [Manshur Salbu. Dikutip dari Rubrik "Hikmah" MajalahHidayatullah/www.hidayatullah.com]
Rasa takut kepada Allah SWT yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari perjalanan sebuah proses keimanan, dimana pokok-pokok ibadah telah dijalankan dengan baik dan sempurna. Ada tiga pokok ibadah yang tidak boleh lepas apalagi ditinggalkan oleh manusia dalam pengabdiannya kepada Sang khalik. Hati selalu berzikir, lidah menyampaikan nasihat dan kebenaran dan tubuh sebagai pelaksana dari amal-amal shalih untuk mencapai keridhaan dan menghadirkan cinta-Nya.
Umar bin Khattab pernah jatuh pingsan karena takut kepada Allah ketika mendengar bacaan suatu ayat al-Quran. Pada suatu hari dia mengambil sebatang jerami kemudian berkata, “Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku tidak melahirkanku.” Dia menangis terisak-isak sehingga air mata membasahi pipinya. Itulah yang menyebabkan ada garis bekas tetesan air mata pada wajah khalifah kedua tersebut.
Kita pun berharap semoga suatu saat nanti wajah-wajah pemimpin dan para wakil rakyat yang akan muncul adalah mereka yang lebih besar memiliki rasa takut kepada Allah. Negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim ini jauh lebih dikenal dengan kehancuran moral dan akhlaknya, dibanding ketakwaan umatnya. Mereka yang saat ini sedang duduk dalam kepemimpinan masih jauh dari proses akhir sebuah keimanan yakni lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya untuk kemudian mengangkat dan mensejahterakan umat sebagai bagian dari ikrar ketakwaan.
Nabi saw bersabda, “Allah SWT berfirman, “Pada hamba-Ku tidak berkumpul dua ketakutan dan dua rasa aman. Barang siapa yang takut kepada-Ku di dunia, Aku akan berikan keamanan kepadanya di akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang merasa aman kepada-Ku di dunia, Aku akan memberikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat.” Tentang hal tersebut pun Allah SWT telah berfirman, “Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takut kepada-Ku, jika kamu benar-benar beriman,” (QS. Ali Imron:175)
Semestinya kita menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan penuh rasa takut kepada Allah SWT, karena apa yang sekarang ini sedang terjadi tidak terlepas dari sumbangsih kita sebagai bagian dari bangsa ini. Lantas apakah kita telah kehilangan rasa takut kepada Rabb kita, dengan melakukan kesalahan berulang, menggantungkan harapan kepada orang-orang yang telah banyak menguras hasil negeri ini untuk kepentingan perut mereka semata?

Alangkah indahnya apabila bangsa ini dipimpin dan diwakili oleh mereka yang lebih sering menangis karena takutnya kepada Sang Pencipta, merendahkan kepala bersujud di sepertiga malam demi mengharapkan ampunan-Nya. Bukankah Nabi saw bersabda, “Tidak masuk Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali pada payudara,” (HR. Tirmidzi).
Inilah bukti nyata ketaatan, dan tidak hanya dalam bentuk slogan atau pun retorika saja. Kita harus menyadari bahwa kualitas akhlak lebih utama, dibanding kita harus mengorbankan waktu panjang dalam perjalanan bangsa hanya untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang tidak bermoral namun terbungkus oleh kebaikan palsu. Rasa takut kita kepada Allah SWT sudah seharusnya membuat kita cerdas dalam bertindak, bahwa apabila Allah tidak memberikan keridhaannya mengapa kita harus menggantungkan harapan kepada sekelompok atau segelintir orang yang tidak bermoral dan sama sekali tidak memiliki rasa takut terhadap Yang Maha Besar.
Wallahu a’lam bishowab
Alhamdulillahirobbil’alamin


MAROJI’ :
1. Al-Qur’an dan Al-Hadits
2. Kutipan dari:Tazkiyah an-Nafs (Konsep penyucian jiwa menurut para Salaf). Penulis:Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Rajab al-Hambali, Imam Ghazali Penerbit:Pustaka arafah Solo
3. http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7399&Itemid=90
4. http://kawansejati.ee.itb.ac.id/cinta-dan-takut-pada-allah-kunci-segala-kebaikan-1
5. http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/01/05/menangis-karena-takut-kepada-allah/
6. http://tausyiah275.blogsome.com/2006/10/21/tanda-tanda-takut-kepada-allah/
7. http://www.oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=778
8. http://blog.re.or.id/takutlah-kepada-allah.htm
9. Dikutip dari Rubrik "Hikmah", penulis Manshur Salbu, Majalah Hidayatullah/ www.hidayatullah.com
10. Al-Qaulul Mufid Syarah Kitabut Tauhid Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin
11. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar